Melirik Pesona Asri Desa Penglipuran di Kaki Gunung Batur dengan Linkungan Bersih
3 mins read

Melirik Pesona Asri Desa Penglipuran di Kaki Gunung Batur dengan Linkungan Bersih

BimtekDesa – Negeri BALI memang di anugrahi banyak pesona dan keunikan yang terdapat dalam kondisi alam serta tempatnya. BALI juga sangat tersohor dan sudah memiliki nama di kancah dunia Internasional, dengan berbagai tempat atau desa desa yang membuat kagum para pengungjungnya.

Salah satu Desa yang akan kita bahas adalah Desa Wisata Penglipuran yang terletak di Desa Kubu, Kabupaten Bangli. Desa Panglipuran merupakan satu dari tiga desa yang dinobatkan sebagai desa terbersih di dunia.

Baca juga: Ragam Tema Materi BIMTEK dan DIKLAT untuk Kepala Desa beserta Aparatur Desa

Terletak di kaki Gunung Batur, Kintamani, Penglipuran menawarkan udara yang lebih sejuk dibandingkan objek wisata lainnya di Bali. Daya tarik utamanya tentu kebersihannya. Saat memasuki desa ini, pengunjung akan disambut dengan deretan tanaman hijau, udara akan semakin terasa sejuk dan asri dengan pemandangan pagar tanaman yang menghiasi seluruh area desa.

Melirik Pesona Asri Desa Penglipuran di Kaki Gunung Batur dengan Linkungan Bersih

Berkat kebersihannya, desa wisata yang terletak di Bangli ini juga berhasil menyabet beberapa penghargaan, di antaranya Kalpataru, ISTA (Indonesia Sustainable Tourism Award) pada tahun 2017, dan Sustainable Destinations Top 100 versi Green Destinations Foundation.

Baca juga: Mengenal Lebih Dekat, Ciri dan Manfaat BUMDES (Badan Usaha Milik Desa)

Selama di desa wisata ini, pengunjung dilarang menggunakan kendaraan bermotor. Jadi, wisatawan harus berjalan kaki. Tapi jalan kaki di sini tak terasa lelah karena disuguhi lingkungan yang asri, kuliner lezat, dan penduduk yang ramah.

Sebagai desa adat yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai luhur nenek moyang, tata ruang Desa Penglipuran pun mengusung patokan adat yang sudah turun temurun. Desa ini dibangun dengan Konsep Tri Mandala, di mana tata ruang desa dibagi menjadi tiga wilayah yakni Utama Mandala, Madya Mandala, dan Nista Mandala.

Pembagian wilayah tersebut diurutkan dari wilayah paling utara hingga paling selatan. Di wilayah utara, ada Utama Mandala. Wilayah ini merupakan tempat suci atau tempat para dewa. Di sini pula tempat beribadah didirikan.

Di bagian tengah, ada zona yang disebut sebagai Madya Mandala. Zona tengah merupakan permukiman penduduk, di mana rumah-rumah penduduk dibangun berbanjar di sepanjang jalan utama.

Sedangkan, wilayah paling selatan disebut dengan Nista Mandala. Tempat ini adalah zona khusus untuk pemakaman penduduk.

Jika berjalan terus, pengunjung akan tiba di hutan bambu yang luasnya mencapai 45 hektare atau sekitar 40 persen dari luas keseluruhan Desa Penglipuran. Hutan bambu ini terus dijaga sebagai bentuk pelestarian warisan dari para leluhur dan wujud nyata dalam menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.

Hutan ini juga memiliki fungsi sebagai kawasan resapan air, sehingga kehadirannya juga kerap disebut sebagai hutan pelindung desa.

Setelah lelah mengelilingi desa, tak lengkap rasanya jika tidak mencicipi jajanan khas Desa Penglipuran. Salah satu yang wajib dicoba adalah klepon ketela yang terbuat dari ketela ungu.

Rasa dari klepon ungu ini tidak jauh berbeda dengan klepon hijau yang biasa ditemukan di Pulau Jawa, namun, warna ungu dan bahannya yang berbeda memberikan cita rasa tersendiri.

Selain rasanya yang lezat, klepon ketela ungu juga mengandung serat, antioksidan, mineral, hingga vitamin B yang mampu membantu mengendalikan peradangan pada jantung dan pembuluh darah.

Untuk melepas dahaga, cobalah minuman bernama loloh cemcem. Minuman ini dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakatnya untuk menjaga stamina tubuh. Minuman berbahan dasar kunyit dan temulawak, serta menggunakan daun cemcem atau yang biasa disebut kedondong hutan ini memiliki rasa asam dan pahit, namun di sisi lain juga menyegarkan dan memiliki khasiat yang bagus untuk tubuh terutama pencernaan.

Desa Penglipuran bisa ditempuh selama 1,5 jam dari Nusa Dua. Tapi tak usah takut bosan karena selama di jalan, wisatawan akan disuguhi pemandangan yang mempesona.

Sumber: https://travel.tempo.co/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *